tujuh
"time for what? be careful on what you thinking!"
"nope, it's just like a message flip on my inbox says: NOW is the TIME!"
--silent--
" ya, aku hanya merasakan, jika saat inilah yang tepat untuk mengatakan kepadanya untuk yang kedua kali bahwa aku akan melamarnya!"
"hati-hati... sebab tidak semua orang siap untuk dilamar, apalagi jika caramu melamarnya pertama kali itu mengejutkannya."
"lho, bukankah sebenarnya dia sendiri yang minta agar aku serius"
...
"semua mengalir begitu saja, seperti ada sesuatu yang menggerakkannya: pertemuan kami, email-email itu, tanda-tanda tentang dia yang kutemui dimana-mana, semuanya! dan kini ortunya sudah membuka pintu bagiku untuk masuk ke dalam kehidupannya dan mengijinkan aku menjadi pendamping hidupnya."
"itu belum berarti selesai, ada hal-hal yang harus kau persiapkan juga."
"misalnya...?"
"apakah dorongan yang membuatmu ingin menikahinya itu memang tulus untuk dakwah, atau dorongan hawa nafsumu saja?"
"astaghfirullah!"
"..."
"tetapi, bukankah jika disalurkan pada yang halal, hawa nafsu pun berpahala?"
"hati-hati... hal itu memang dapat dibenarkan, namun kau harus memiliki motif yang jauh lebih kuat daripada sekedar hawa nafsu."
"jelas aku hendak membangun keluarga yang barokah, tentram bahagia dan penuh kasih sayang."
"ok, sekarang semua kembalikan kepada Tuhan, biar Dia yang menulis jodohmu."
"dan biarkan mengalir?"
"ya, ikutin saja aliran airnya, bisa berenang kan?"
"nope, it's just like a message flip on my inbox says: NOW is the TIME!"
--silent--
" ya, aku hanya merasakan, jika saat inilah yang tepat untuk mengatakan kepadanya untuk yang kedua kali bahwa aku akan melamarnya!"
"hati-hati... sebab tidak semua orang siap untuk dilamar, apalagi jika caramu melamarnya pertama kali itu mengejutkannya."
"lho, bukankah sebenarnya dia sendiri yang minta agar aku serius"
...
"semua mengalir begitu saja, seperti ada sesuatu yang menggerakkannya: pertemuan kami, email-email itu, tanda-tanda tentang dia yang kutemui dimana-mana, semuanya! dan kini ortunya sudah membuka pintu bagiku untuk masuk ke dalam kehidupannya dan mengijinkan aku menjadi pendamping hidupnya."
"itu belum berarti selesai, ada hal-hal yang harus kau persiapkan juga."
"misalnya...?"
"apakah dorongan yang membuatmu ingin menikahinya itu memang tulus untuk dakwah, atau dorongan hawa nafsumu saja?"
"astaghfirullah!"
"..."
"tetapi, bukankah jika disalurkan pada yang halal, hawa nafsu pun berpahala?"
"hati-hati... hal itu memang dapat dibenarkan, namun kau harus memiliki motif yang jauh lebih kuat daripada sekedar hawa nafsu."
"jelas aku hendak membangun keluarga yang barokah, tentram bahagia dan penuh kasih sayang."
"ok, sekarang semua kembalikan kepada Tuhan, biar Dia yang menulis jodohmu."
"dan biarkan mengalir?"
"ya, ikutin saja aliran airnya, bisa berenang kan?"
<< Home